Sudah Swasembada, Bawang Merah RI Diekspor ke Thailand dan Singapura

0 558

Beriklan? Hubungi : 0853 9999 4508

JABAR, JawaPos.com – Indonesia sudah swasembada bawang merah sejak 2016. Bahkan kali ini Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot kinerja ekspor bawang merah ke sejumlah negara.
Pada Jumat (2/8) ini, sebanyak 252 ton dari total komitmen 2.760 ton bawang merah dikirimkan ke Thailand dan Singapura dari Gudang Marunda Tarumajaya Bekasi.

Bawang merah yang diekspor adalah varietas super Philips yang dihasilkan petani di Kabupaten Bima dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Diketahui selama ini jenis bawang merah tersebut banyak diminati pasar luar negeri.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto menyampaikan, saat ini Indonesia masih eksis menjadi negara eksortir bawang merah. Dua tahun terakhir, tercatat jumlah ekspor bawang merah sudah mencapai 12 ribu ton.

“Tak hanya mampu mempertahankan swasembada bawang merah, Indonesia juga mampu eksis mengekspor bawang merah ke sejumlah negara, di antaranya Thailand, Singapura, Malaysia, Taiwan, Timor Leste, Vietnam, Filipina, hingga Belanda. Ekspor hari ini makin membuktikan bahwa kebijakan Menteri Pertanian memacu produksi dan ekspor bawang merah memang tepat,” kata pria yang akrab disapa Anton itu.

Menurut Anton, ekspor bawang merah membawa efek berantai berupa manfaat bagi petani dan pelaku usaha. Hal ini dapat petani untuk terus memperbaiki kualitas produksinya.
“Budidaya bawang merah yang lebih ramah lingkungan sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Kami berikan kemudahan dan kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspor, tak hanya bawang merah tapi juga komoditas hortikultura lainnya,” tambah Anton.

Direktur PT Karya Tani Semesta, Pitriansyah Kosim, mengatakan tahun ini pihaknya menargetkan ekspor sebanyak 4.000 ton bawang merah ke Singapura dan Thailand. Diakuinya, harga jual ke kedua negara tersebut masih bagus dan menguntungkan.
“Harga jual di Singapura SGD 2,55 per kilogram (kg) atau sekitar Rp 26.200 per kg. Sementara, harga jual ke Thailand USD 1,6 per kg atau sekitar Rp 22.600 per kg,” katanya.

Pitriansyah mengatakan, harga tersebut cukup menguntungkan bagi petani bawang merah. Dia berharap, pemerintah terus memberikan dukungan dan pendampingan kepada petani dan eksportir bawang merah.
“Terlebih saat menghadapi tuntutan pasar dunia. Contohnya, Thailand yang kini mulai memperketat standar mutu pemasukan bawang merah ke negara tersebut,” ungkap Pitriansyah.

Mengutip data BPS, ekspor bawang merah Indonesia ke sejumlah negara pada 2018 lalu mencapai 6.268 ton. Ekspor bawang merah ke Thailand saja mencapai 3.284 ton, naik 3,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara ekspor bawang merah ke Singapura pada periode sama mencapai 911,6 ton, naik 18,1 persen dibanding 2017. “Kami ada komitmen dan target tahun 2018 sampai Oktober 2019 ada dua negara yang dijajaki yakni Vietnam dan Malaysia. Semoga target terpenuhi. Kami mendukung program yang dicanangkan Pak Mentan dan Pak Dirjen berupa swasembada bawang merah nasional,” jelasnya.

Menurutnya sudah sejak 2016, Indonesia sudah swasembada bawang merah. Sebelum itu Indonesia terkadang masih impor. “Kita sekarang sudah swasembada. Malah bisa ekspor, bantu para petani bawang merah di Indonesia,” ungkapnya. “Kita harus bersyukur. Bumi kita sangat kaya, baik hasil koltikultura, perkebunan, perikanan. Kalau bisa bahkam mengejar pengembangan bawang putih agar mengejar swasembada bawang putih,” tutur Pitriansyah.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menjelaskan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pihaknya tetus memacu ekspor produk pertanian. Maka pihaknya berjanji untuk berkomitmen memberikan kemudahan perizinan bagi para eksportir.“Maka walaupun baru dilantik empat hari lalu, saya terus konsolidasi internal. Ini adalah prioritas. Kementan berikan karpet merah bagi pengusaha yang melakukan ekspor. Apabila ada hal-hal yang perlu dibantu untuk urusan ekspor holtikuktura, terus dibantu,” tutur Anton.

Dia menjamin segala perizinan ekspor berjalan dengan cepat. Salah satunya dengan sistem Online Single Submission untuk mempercepat perizinan.
“Akan kami percepat. Sekarang paling lama tiga jam untuk proses perizinan ekspor selesai. Menjadi komitmen kami untuk mendukung perkembangan hortikultura,” pungkasnya.(JP)

Tinggalkan Balasan