Harapkan Petani Kembali ke Lahan Pertanian Lagi

0 453

Beriklan? Hubungi : 0853 9999 4508

SIGI – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulteng, bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, menggelar temu lapang dan kesempatan panen perdana jagung dan padi Inpago 8, dihadiri Wakil Bupati (Wabup) Sigi, Paulina SE MSi di sebuah lahan pertanian masyarakat di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi, Kamis (15/8).

Kegiatan yang mengangkat tema “ Temu lapang optimalisasi lahan terdampak gempa melalui IP 200 inovasi tumpangsari tanaman (Turiman) di Kabupaten Sigi ” dibuka oleh perwakilan Kepala Balai Besar Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Dr Ir Haris Syahbudin, disaksikan Gubernur Sulteng diwakili Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sulteng, Ir Trie Iriany Lamakampali MM.

Dalam laporannya, Kepala BPTP Balibangtan Sulteng Dr Ir Andi Baso Lompengeng menjelaskan, Sulteng sebagai daerah yang baru saja terkena musibah bencana alam, maka Menteri Pertanian telah memerintahkan kepada jajaran BPTP Sulteng untuk tetap fokus pada kegiatan pengkajian, pengembangan, dan penelitian pertanian. “Kami mengharapkan semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat untuk saling membantu. Minimal dapat mengajak para petani kita, masyarakat kita untuk kembali ke lahan pertaniannya masing-masing. Mengelola lahan miliknya lagi,” papar Andi Basso Lompengeng, dalam temu lapang kemarin.

Di kegiatan ini, kata Andi Basso, dukungan yang telah diberikan BPTP Sulteng berupa demonstrasi inovasi teknologi Balitbangtan pada lahan kering meliputi, pertama, tata pengelolaan air di lahan kering. Kedua, demonstrasi teknologi tanaman monokultur jagung seluas 10 hektare dan polikultur dalam bentuk turiman seluas 3 hektare. Ketiga, introduksi varietas unggul baru (VUB) komoditas padi dan jagung toleran kekeringan. Serta keempat, dukungan inovasi kelembagaan petani.

“Demonstrasi teknologi ini akan dilanjutkan dan dikembangkan pada musim tanam berikutnya dengan tereduksinya jagung hibrida Balitbangtan. Melalui inovasi teknologi tumpangsasri tanaman dan tata pengelolaan air. Serta didukung inovasi kelembagaaan petani, diharapkan lahan terdampak gempa bumi di Kabupaten Sigi akan kembali bangkit dan produktif, “harap Andi Basso Lompengeng.

Wabup Sigi, Paulina, pada kesempatan itu mengapresiasi semua upaya yang telah ditunjukan oleh BPTP dan Dinas TPH Sulteng, telah memberikan motivasinya agar masyarakat Sigi kembali bercocok tanam meskipun kondisi cuaca saat ini di wilayah Kabupaten Sigi tidak menguntungkan, karena telah memasuki musim kemarau. Ditambah lagi, sumber air mengering menyusul rusaknya infrastruktur irigasi yang mengairi 8.000 hektare persawahan masyarakat.

“Masih begitu banyak lahan tidur di wilayah Kabupaten Sigi ini yang belum diolah kembali. Dengan teknologi pertanian yang dikembangkan BPTP sehingga kita bisa memanfaatkan lahan kering ini semaksimal mungkin. Kami menunggu janji pak Gubernur juga yang akan berupaya meratakan lahan-lahan pertanian dan bisa ditanam kembali oleh masyarakat petani kita, “ ungkapnya.

Menurutnya, target pemerintah saat ini dalam konsep Nawacita telah dilaksanakan dengan baik, salah satunya dengan merubah paradigma lama, yaitu jagung berbuah jagung. “Tetapi sekarang bukan hanya jagung berbuah jagung, tetapi kalau bisa jagung bisa berbuah uang, “ pintanya

Sementara Kadis TPH Sulteng, Trie Iriany Lamakampali, menandaskan kegiatan panen kali ini sekaligus memotivasi seluruh elemen masyarakat Sigi untuk bangkit, dan tidak perlu meratapi nasib karena musibah.
“Ternyata lahan kering masyarakat kita bisa ditanami, hasilnya seperti yang bisa kita lihat hari ini. Bisa panen jagung dan padi. Kalau ada yang ingin peralatan untuk menyuburkan tanaman saya tunggu proposalnya di ajukan di kantor saya, “ tutur Trie.

Perwakilan kepala BB Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Haris Syahbudin, menyatakan kegagumannya kepada BPTP Sulteng yang telah memberikan kesempatan dan akses untuk pengembangan pertanian bagi masyarakat pasca bencana alam. Ia berharap, proses produksi harus disertai dengan proses penjualan berkelanjutan. Peran petani dan penyuluh dalam kegiatan ini begitu penting, dan harus dilakukan dalam bentuk praktik. “Pertanian itu harus praktik. Petani dan penyuluh itu harus praktik. Kedepan kami akan mengembangkan kawasan petani sejahtera (Sapira), dan akan menggelar Bimtek pertanian iuntuk kalangan milenial. Sebab BPTP yang paling paham dimana titik ungkit permasalahan dan dalam rangka pengembangan produk pertanian itu. Bahkan kami siap menyiapkan benih jagung untuk 80.000 hektare di wilayah Kabupaten Sigi,” tutupnya. (abd)

Tinggalkan Balasan