Dinkes Sebut Warga Sioyong yang Meninggal Mendadak Negativ Corona

0 344

Beriklan? Hubungi : 0853 9999 4508

DONGGALA – Salah seorang warga Sioyong berinisial D meninggal mendadak pada Kamis kemarin. Sebelum meninggal, remaja 19 tahun itu mengalami kejang-kejang. Hal ini sempat menimbulkan asumsi bahwa korban diduga terjangkit virua corona. Pasalnya korban memiliki riwayat perjalanan dari Kabupaten Gowa beberapa hari sebelum meninggal.

Atas kejadian itu, Dinas Kesehatan Donggala telah menginstruksikan dokter dari Puskesmas Sabang untuk melakukan pengambilan sampel terhadap korban.

Hal ini diungkapkan kepaka Dinkes Donggala, Ir Muzakir Ladoali, pagi (27/3) kemarin. Menurut Dia, Dinkes telah mendapat izin dari pihak kelurga untuk pengambilan sampel. Hal itu kata Muzakir untuk mengatahui penyebab meninggalnya korban secara mendadak tersebut. “Pagi ini Dokter dari Puskesmas sudah menuju ke kediaman korban untuk ambil sampel,” katanya.

Saat dihubungi Radar Sulteng, Jumat malam kemarin, Muzakir akhirnya menyampaikan hasil pemeriksaan terhadap korban.

Muzakir mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan tim medis, tidak ditemukan gejala-gejala yang mengarah pada Covid-19. “Di dalam tim medis ini juga terdapat dokter. Hasilnya, tidak ditemukan gejala yang mengarah ke sana (covid-19). Dokter juga menyampaikan bahwa korban tidak masuk dalam kategori ODP,” ungkapnya.

Muzakir menjelaskan, tim medis sangat kesulitan mengambil sampel darah korban. Oleh karena itu, tidak ada hasil pemeriksaan darah. Namun tim medis telah melakukan upaya lain untuk memastikan bahwa meninggalnya korban bukan disebabkan Covid-19. “Sudah disuntik di beberapa bagian tubuh korban, tapi sudah tidak ada darah. Sebelum dan setelah meninggal sudah ada gejala-gejala yang disampaikan ke perawat dan dokter itu tidak mengarah ke situ (covid-19),” sebutnya

Hanya saja menurut Muzakir, saat korban mengalami sakit dan kejang-kejang, warga yang mengatahui kejadian itu merasa takut. Sebab korban memiliki riwayat dari Kabupaten Gowa. “Masyarakat di sana sudah berasumsi bahwa korban positif corona karena baru pulang dari GOwa. Padahal sebenarnya belum bisa di pastikan positif kalau belum ada hasil pemeriksaan,” Ujar Muzakir.

Terkait korban yang mengalami kejang-kejang, Muzakir mengatakan hal itu disebabkan penyakit bawaan korban yaitu epilepsi. Penyakit itu juga kata Muzakir, dipicu karena korban mengalami panas tinggi. “Dengan adanya panas tinggi, akhirnya memicu korban mengalami epilepsi,” sebutnya.

Lanjut Muzakir mengatakan, setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tim medis dari dinkes Donggala menyampaikan kepada kelurga korban dan warga sekitar bahwa korban negativ. Pada saat itu menurut Muzakir, Warga di kediaman korban masih takut untuk memandikan dan menguburkan apabila hasil pemeriksaan belum keluar.

” Makanya tim medis saya turun ke lokasi untuk menyampaikan, bahwa karena saat mengambil sampel darah tidak ditemukan, maka tim menyampaikan kepada masyarakat berdasarkan gejala-gejala dan disimpulkan bahwa tidak mengarah ke ODP,” katanya.

Setelah kabar itu disampaikan, menurut Muzakir barulah korban di mandikan dan dikebumikan secara agama Islam. Dari kejadian itu, Muzakir mengimbau kepada masyarakat agar tidak boleh langsung menjastifikasi apakah positif atau negativ sebelum ada hasil pemeriksaan secara medis. “Tunggu hasil pengamatan dan pemantauan dari petugas kesehatan. Kalau mengarah ke Covid-19 maka ada prosedurnya. Mulai dari isolasi mandiri dan pengambilan sampel. Jadi kalau ada yang mengalami gejala, harus segera konsultasi dan berobat ke puskesmas terdekat,” ungkapnya.

Disamping itu, Muzakir menyebutkan, Gubernur Sulteng menginstruksikan langsung kepada dirinya untuk menyampaikan hasil pemeriksaan dari pasien di Sioyong tersebut. “Saking seriusnya Pemerintah terhadap Covid-19, Bapak Gubernur menginstruksikan langsung kepada saya untuk menyampaikan informasi ini. Agar tidak terjadi informasi yang simpang siur dan meresahkan di tengah masyarakat,” tandasnya. (ang)

Tinggalkan Balasan